DNA yang Menguntungkan, DNA yang Merugikan


DNA yang Menguntungkan, DNA yang Merugikan


Saya rasa jika mendengar istilah "DNA" atau "gen", yang terlintas di pikiran pembaca adalah "faktor keturunan". "Faktor keturunan" adalah "sifat-sifat yang diturunkan dari orangtua kepada anak". Mulai dari karakter fisik seperti bermata besar, bertubuh tinggi, berkaki cepat, dan sebagainya, sampai karakter kepribadian seperti pemberani atau penyendiri. Meskipun tidak sama persis, karakter yang dimiliki kedua orangtua diturunkan pada anak. Gen dipahami sebagai medium yang menyampaikan faktor keturunan itu.
  
Cara memahami gen seperti itu tidak keliru, tetapi hanya menjabarkan sebagian dari fungsi gen. Gen berkaitan dengan segala aktivitas kehidupan seperti bernapas, makan makanan lalu buang air, juga menjalani hidup sambil berpikir atau bergembira. Kinerja gen juga vital saat manusia memutuskan sesuatu dalam hatinya. Gen ada di dalam bagian yang disebut inti sel. Pada inti sel terdapat materi bernama DNA (deoxyribonucleic acid), dan materi inilah yang kita sebut gen. Saya akan menjelaskan susunan gen secara sederhana.

DNA terdiri atas dua buah pita yang berbentuk spiral, dan di atas pita ini tertulis informasi yang dilambangkan dengan empat abjad simbol kimia. Informasi ini adalah informasi genetik, dan informasi dasar gen dalam satu sel manusia terdiri atas 3 miliar abjad simbol
kimia. Mungkin sulit membayangkan jumlahnya dalam angka, tetapi jika dijadikan buku, diperlukan 1.000 jilid buku setebal 1.000 halaman untuk mencatatnya. Artinya aktivitas kehidupan kita diatur oleh informasi luar biasa banyaknya yang terbentuk dari 3 miliar abjad simbol kimia.

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa tubuh manusia tersusun dari sel. Manusia dewasa memiliki sekitar 6 triliun sel. Dalam setiap inti sel tersimpan 3 miliar informasi yang kita bahas tadi. Yang mengejutkan adalah, sel tubuh bagian mana pun, pasti menyimpan 3 miliar informasi tersebut. 

Artinya, setiap sel dalam tubuh bagian mana pun menyimpan informasi yang sama. Sampai di sini, muncul pertanyaan. Jika setiap sel memiliki semua informasi yang diperlukan untuk aktivitas kehidupan, mengapa sel hati hanya menjalankan fungsi sebagai hati, dan sel kuku hanya menjalankan peran sebagai kuku? 

Apakah tidak mungkin sewaktu-waktu sel hati bosan menjadi hati dan ingin berubah menjadi rambut? Apakah mustahil jika sel kulit tiba-tiba merasa lelah terpapar dunia luar dan ingin menjalankan peran sebagai hati? Karena jika dilihat dari kapasitas informasi,
hal semacam itu bisa terjadi. 

Tetapi kenyataannya, hal semacam itu tidak terjadi. Pada jantung tidak mungkin tumbuh rambut. Kalau begitu, bagaimana meka- nisme sel kuku sehingga hanya menjadi sel kuku? Dari seluruh informasi genetik yang ada pada kuku, fungsi gen selain menjadi kuku dikunci sehingga tidak bekerja. Sama halnya dengan sel rambut, fungsi selain dari menjadi rambut juga dikunci. 

Ini disebut fungsi ON/OFF atau nyala/padam DNA. DNA dalam sebuah sel memiliki bagian yang terjaga dan berfungsi, juga bagian yang tertidur dan tidak berfungsi. Lalu apakah bagian yang tertidur itu tertidur selamanya? Tidak. Apakah bagian dari DNA yang terjaga dan berfungsi akan bekerja terus sampai mati? Jawabnya juga tidak. 

Fungsi DNA bisa dinyalakan dan dimatikan seperti tombol lampu. Hal ini baru diketahui belakangan ini. Misalnya, pemuda yang rambutnya sudah beruban, itu disebabkan fungsi DNA untuk menghitamkan rambut tidak bekerja dengan baik atau padam karena sesuatu hal. Sedangkan lansia yang kulitnya kencang, berarti DNA pada sel kulit yang seharusnya sudah tertidur masih bekerja dengar giat atau menyala. 

Diperkirakan dari keseluruhan informasi genetik, hanya 5-100 % yang betul-betul bekerja. Jika ini benar, mudah saja membayangkan bahwa kemampuan tersembunyi yang dimiliki seorang manusia, tidak terhingga besarnya. Artinya, paling baikjika kita mengupayakan agar DNA yang menguntungkan bagi kita terus terjaga dan bekerja. Sebaliknya, DNA yang merugikan, kita buat tetap tertidur. 

Misalnya, DNA penyebab kanker. Semua orang memiliki informasi genetik ini. Kita tentu ingin DNA ini terus tertidur. Andaikan sampai terjaga, kita ingin DNA ini tertidur sekali lagi. Artinya, agar kita bisa menjalani kehidupan yang lebih baik, kita perlu mengendalikan agar DNA yang baik menjadi aktif, sedangkan DNA yang buruk menjadi tertidur.

Apakah hal itu mungkin? Seiring semakin majunya penelitian tentang DNA, sedikit demi sedikit terungkap bahwa hal itu bisa dilakukan. Salah satu cara yang telah dibuktikan adalah dengan meng-
ubah lingkungan; DNA baik yang tadinya tertidur menjadi terjaga. Saat saya pergi melanjutkan studi ke Amerika, lingkungan riset di sana cocok dengan saya, dan saya bisa bertugas dengan penuh semangat. Semuanya itu menunjukkan bahwa perubahan lingkungan berhubungan dengan ON dan OFF-nya DNA. Pertemuan dan pergaulan dengan orang lain, sentuhan dengan benda, pengalaman
atas suatu kejadian, semua ini dianggap sebagai lingkungan luar dalam arti luas.

Murakami K. 2013. Misteri DNA, Cetakan 1. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Komentar

Postingan Populer