KEPERAWATAN GERONTIK
KEPERAWATAN GERONTIK
Diagnosa dan manajemen
Usila mengkin
tidak mengakui perasaan depresi pada diri mereka dan orang lain, hal ini hanya dapat diketahui melalui
pengamatan yang teliti dari penampakan dan tingkah laku mereka sehingga depresi
yang sebenarnya bias jelas. Salah satu masalahnya adalah ke- sulitan dalam
membedakan gejala gangguan fisik dari gejala depresi yang dimanifestasikan
sebagai keluhan fisik. Kumpulan dari gejala depresi dengan gangguan kognitif harus ditentukan apakah hal
tersebut mendasari gangguan depresi, dimensia atau delirium. Anggota keluarga
dan pemberi perawatan sering gagal dalam menerima gejala depresi dari usila sebagai
sesuatu yang abnormal dan sebagai indikasi dari gangguan akibat pemberian
pengobatan.
Untuk mendeteksi
depresi pada usila, perawat seharusnya mengobservasi usia pada beberapa
kejadian mendadak atau penampakan perubahan yang progresi, cara bicara,
pergerakan taua tingkah laku. Mengabaikan diri, kurang perawatan, BB menurun,
rasa duka yang mendalam dan ketidakinginan untuk bersosialisasi dengan keluarga
dan teman-teman, mungkin semua merupakan indikasi dari depresi. Ketika
dicurigai sebagai depresi, perawat seharusnya mengkaji mood dari seeorang
dengan menggunakan salah satu kuosioner skrening depresi yang telah sedang
dikembangkan untuk tujuan ini
Kedua, perawat
mengkaji perubahan fungsi kognitif, keluhan hilangnya daya ingat atau kesulitan
berkonsentrasi ; kesemuanya harus dicari tahu. Hal ini penting untuk membedakan
yang mendasari dimensia dari munculnya depresi sebagai dimensia sebab
pengobatan depresi akan menghasilkan perbaikan fungsi ognitif. Skrening untuk
fungsi kognitif mungkin membantu dalam membedakan dimensia dari pseudodimensia
(lihat appendiks pada bab ini). Tetapi hal ini hanya mengkin ditemukan di
diagnosa dari depresi versus dimensia yang terjadi seelumnya melalui pengamatan
respon pada regimen pengobatan untuk
depresi.
Ketiga, perawat
harus mengenal bahwa gangguan fisik seperti infeksi, penyakit tiroid dan kanker
atau akibat pengobatan dapat mempengaruhi gejala-gejala depresi. Oleh karena
itu status fisik, regimen pengobatan, status nutrisi atau penggunaan zat
seperti alcohol harus diselidiki.
Keempat, perawat
harus membuat secara tersendiri antara keluhan somatic yang berasal dari emosi
dan keluhan patologi yang dapat diobati. Keluhan pasien, apapun penyebabnya,
harus selalu diwaspadai dan diterapi dengan penuh perhatian untuk kesehatan
individu.
Individu yang
yang dinyatakan mengalami depresi melalui keluhan somatic, seperti sakit dan
nyeri dan masalah pola tidur, dikatakan memiliki sedikit pandangan dalam
perasaan dan keinginan mereka oleh karena memiliki kesulitan dalam menerima
diagnosa dari depresi (Blazer, 1982)
Terapi depresi
pada usila, sama seperti usimu, terdiri dari empat pendekatan, semuanya dapat
dilaksanakan dengan bantuan orang lain:
1.
Regimen pengobatan
2.
Psikoterapi
3.
Terapi tambahan (keluarga)
4.
Terapi elektrokonvulsif
Medikasi
Tiga kelas utama
dari obat-obat antidepresantelah sedang dikembangkan :
Trisiklik antidepresan, monoamine
oksidaseinhibitor dan serotonin pilihan reuptake inhibitor. Kesemuanya telah
dirancang untuk menimbulkan efek perubahan biokimia yang terjadi pada otak,
yang meningkatkan tingkat neurotransmiternya yang diketahui memiliki hubungan
etiologi dengan depresi.
Trisiklik anti
depresan, dinamakan demikian karena struktur kimianya, obat tersebut umumnya
digunakan pada usila. Nortriptilin, desipramin dan doxepin merupakan obat
terapi terkenal untuk para lansia karena tingkat efektifitasnya (Blazer, 1994).
Sayangnya, walaupun efektif dalam terapi depresi, banyak obat trisiklik
memliliki sejumlah interaksi yang kurang baik dengan jenis obat lain dan
memiliki efek samping, termasuk konfusidan hipotensi postural yang dapat
mengakibatkan syncope dan terjatuh (Blazer, 1982; Hollister, 1979). Untuk
menghindari efek ini, pasien harus secara hati-hati di monitor, dan dosis
obatnya ditingkatkan secara perlahan untuk mencapai tingkat terapeutik (Blazer,
1982)
Monoamine
oxidaseinhibitors (MAOIs) merupakan kelas obat anti depresi yang jarang digunakan
pada lansia karena dapat mengakibatkan overstimulasi pada orang dewasa termasuk
kecemasan dan agitasi, juga memiliki potensi mengancam hidup karena efek
sampingnya apabila digunakan secara bersamaan dan interaksinya dengan obat
lain.
Serotonin selektif
reuptake inhibitors (SSRIs) secara spesifik meningkatkan sejumlah serotonin
yang tersedia di sinaps saraf dengan cara menyeleksi penghambat yang biasanya
diambil kembali dari neurotransmitter dalam sinaps antara sel sel-sel saraf.
Hasil akhirnya dapat meningkatkan serotonin di hubungan neuron yang
memfasilitasi efek antidepresan. Kelas obat ini menjadi sering digunakan pada
lansia, sebagaimana pada kelompok usia lain, yang paling dikenal adalah
fluoxetine (Prozac). Tetapi yang lain termasuk paroxetin (Paxil, Seroxat) dan
sertralin (Zoloft). Obat-obat jenis ini cenderung memiliki efek kurang baik
yang sedikit dari pad obat antidepresan lain, tetapi efeknya mungkin termasuk
agitasi, insomnia dan gangguan GI. Prozec cenderung memilik efek stimulant,
sebaliknya Zoloft lebih sedative. Fluoxetine memiliki waktu paru yang lama dan
efek sampingnya dapat bertahan selama tidak diteruskannya pengobatan (Blazer,
1994). Jenis obat pilihan tergantung
pada pertimbangan fisik sesuai dengan efek yang layak dicapai pada pasien.
Antidepresan
lain yang tidak disebutkan dalam kelas sebelumnya termasuk trazodone (Desyrel), memiliki tingkat sedative tinggi dan
bupropion (Wellbutrin) yang dapat menyebabkan kegelisahan, kecemasan dan
agitasi pada awal pengobatan (Billing, 1995).
Tiga tipe
pengobatan lain yang dapat digunakan dalam pengendalian depresi pada lansia
yaitu:
1.
Stimulan dosis rendah, seperti methylphenidate
(Ritalin), dapat digunakan untuk
orang-orang apatis
2.
Tranquilizers seperti benzodiazepine, termasuk lorazepam
(Ativan) dan diazepam (valium), dapat digunakan untuk agitasi menengah.
Tranqualizer mayor seperti haloperidol (Haldol), diresepkan untuk orang depresi
agitasi berat dan gejala psikotik
3.
Lithium kadang-kadang digunakan untuk mengontrol
episode depresi ulangan juga sebagai bipolar atau gangguan manic-depresi (Blazer,
1982). Monitoring yang waspada diperlukan pada lansia dengan penggunaan jenis
obat tersebut sebab dapat mengakibatkan resiko keracunan konfusional.
(Holister, 1979).
Psikoterapi
Kebanyakan orang
mendiskusiakn perasaannya dengan
keluarga dan temannya mengenai penyakitnya, hubungan dengan sesamanya serta
konflik dan mereka terlibat dalam diskusi terapeutik dalam membantu
menyelesaikan permasalahan atau memutuskannya dalam suatu kegiatan. Untuk alasan yang sama psikoterapi
atau curhat untuk mengekspresikan emosi merupakan anjuran modalitas utama dalam
mengendalikan depresi. Hal ini dapat berbentuk perseorangan atau kelompok atau dapat
mengikuti teknik khusus yang dianjurkan oleh pelatih psikoterapi atau
dilaksanakan melalui les
Terapi kognitif
dan tingkah laku dapat membantu dalam terapi depresi pada lansia salah satu
teknik khusus dari terapi kognitif untuk depresi pada lansia telah
dikembangkan. Terapi kenangan juga telah didukung untuk depresi pada lansia,
dengan “live review” sebagai alat terapinya.
Psikoterapi
untuk lansia biasanya berbentuk les, konseling atau diskusi mengenai masalah
atau mengenai depresi individu dengan spesialis keperawatan geropsikiatrik
klinik, social worker dan caregiver lain. Hal ini langsung kearah memberi
dukungan, menurunkan kecemasan, orientasi pada realita, memberikan bimbingan,
menentramkan hati kembali dan meningkatkan sosialisasi
Terapi Tambahan
Terapi
lain telah disepakati dan dikembangkan untuk membantu dalam pemulihan dan
penyembuhan depresi pada lansia melalui perbaikan fungsi fisiologi, motivasi,
sosialisasi dan self-interest termasuk (1) latihan dan program kegiatan fisik
(2) terapi okupasi, seni, dan terapi musik yang telah ditemukan sebagai terapeutik
dalam perawatan dan pengobatan depresi pada lansia
Terapi Elektrokonvulsif
Penggunaan
terapi elektrokonvulsif sebagai terapi depresi telah diperkenalkan kurang lebih
50 tahun yang lalu setelah diamati bahwa pasien dengan riwayat depresi dan
epilepsi dengan gejala-gejala serangan epilepsi. Walaupun manajemen penanganan
depresi lebih mengutamakan obat dan psikoterapi, terapi elekrokonvulsif
digunakan sebagai terapi tambahan dalam penanganan episode depresi mayor yang
tidak berespon terhadap pengobatan khususnya ketika adanya gejala bunuh diri.
Terapi
ini dapat menyebabkan hilangnya memori sementara yang akhirnya akan kembali ke
fungsi memori seperti normal. Lansia yang mengalami depresi biasanya
mendapatkan periode amnestic ini selama gangguan dalam perawatan sebab keraguan
dalam hilangnya kognitif yang mendalam pada kebanyakan lansia penderita
depresi. (Blazer, 1994)
Sistem keluarga sebagai sistem pengasuhan
Peningkatan
usia hidup telah merubah susunan keluarga., kebanyakan keluarga memiliki
anggota dalam empat generasi dan beberapa lagi memiliki anggota dalam lima atau enam generasi. Setiap perubahan
sosial membawa keuntungan yang tidak diingikan dan masalah yang tidak
diantisipasi, barangkali masyarakat moderen akan disudutkan dengan bagaimana mereka merespon penambahan
anggota keuarga, bergantung pada anggota keluarga muda atau tua.
Pengasuh (caregivers)
Caregivers
merupakan hal terpenting dalam pengalaman setiap manusia. Infant tidak akan
tumbuh dengan sehat jika kurang dirawat. Marasmus yang merupakan penyakit pada infant, terjadi pada usia tersebut jika
tanpa perawatan fisik dan emosi yang cukup. Hubungan signifikan lain seperti
istri dan suami, saudara laki-laki dan perempuan, juga biasanya diberlakukan dan ini semua membawa harapan pada hubungan
perawatan hakiki yang saling mengntungkan secara timbal balik dalam hal sikap
dan perubahan dalam pelayanan.
Penghasuhan
pada lansia dengan gangguan kognitif tidak memiliki karakteristik hubungan
dewasa sebab adanya ketidakmampuan
seseorang secara timbal balik dengan sikap yang cukup dan perubahan yang
berarti pada pelayanan. Juga kebanyakan orang tidak dipersiapkan untuk
perubahan ini dalam hubungannya dengan seseorang yang mereka rawat sepenuhnya,
dengan demikian perawat dapat mengetahui perlawanan yang ditunjukkan dari
banyak orang untuk pengakuannya akan
gangguan kognitif pada anggota keluarga lansia.
Sekarang
ini tidak ada yang mengetahui bentuk perawatan pada gangguan kognitif yang b/d
penyakit yang digolongkan sebagai dimensia hingga ilmu pengetahuan menyediakan
perawatan untuk kondisi atau mekanisme untuk menurangi gejala-gejalanya,
seperti insulin untuk penderita DM, sehingga pemberi pelayanan pada kerluarga
akan melanjutkan untuk menyediakan perawatan untuk gangguan kognitif pada
lansia.
Gangguan kognitif biasanya tidak terjadi secara cepat ; biasa
prosesnya tersamar yang secara lambat
dapat melemahkan individu. Hal ini telah ditunjukkan melalui sejumlah studi
yang diadakan dalam keluarga orang AS yang tidak membiarkan lansia dalam
keluarganya dengan gangguan dan hasilnya kebanyakan keluarga melanjutkan
periode perawatan untuk keluarganya di rumah (Brody, 1985 ; Shanas, 1979). Perawatan yang diberikan
keluarga dan teman mewakili sebagian besar perawatan jangka panjang yang
diterima oleh lansia suatu negara. Banyak lansia merupakan bagian integral dari
jaringan kerja informal dari keluarga dan lingkungan. Sebaliknya dimasa lalu
mereka dapat memberikannya dalam sebuah antargenerasi.
Gambaran
dari pengasuhan dan pemberi asuhan
Pemberian asuhan pada keluarga
secara informal merupakan sebuah bagian sistem pelayanan kesehatan yang tidak
diakui, dimana dalam tugasnya memberikan asuhan lebih dari 80% dari home care
pada lansia. Kegiatan pemberian asuhan dalam pelayanannya begitu maju dan
meluas meliputi bantuan dengan
transportasi dan belanja keperluan hidup selama 24 jam dalam askepnya. Empat
tipe umum dari bentuk pemberian asuhan yang ditetapkan yaitu : (1) dukungan
emosional (2) Pelayanan langsung (3) Kerja sama dengan sistem perawatan formal
dan (4) bantuan keuangan (Horowitz, 1985)
Jumlah dan jenis perawatan yang
diberikan tergantung pada kebutuhan
lansia dan biasanya mengalami peningkatan suatu waktu (Stone et al, 1987).
Keluarga dengan lansia yang mengalami gangguan meminta pelayanan formal hanya
apabila keperluan perawatan kurang dapat mereka lakukan sendiri (Soldo &
Manton, 1985). Pemberi asuhan pada depresi dan keletihan sering merupakan
peramal pasien dimensia pada lansia yang ada di suatu yayasan
Siapakah pengasuh dan yang potensial
untuk itu ? Apa yang terjadi pada ketika mereka memberikan perawatan untuk
keluarga lansia dan teman mereka ? pertanyaan-pertanyaan yang sedang diteliti
ini telah dicoba untuk dijawab selama satu dekade
Stone & Kemper (1990) melaporkan
bahwa 13,3 juta orang Amerika, satu dari setiap 6 orang dengan usia antara
45-64 tahun memiliki orang tua atau pasangan yang cacat/lumpuh. Jumlah yang
besar ini sekarang akan diberi perawatan. Data pada tahun 1982 dari survey
perawatan jangka panjang nasional memberikan perkiraan dari anggota keluarga,
kawan dan yang lainnya memberikan bantuan suka rela pada lansia yang bukan di
yayasan. Survey melaporkan bahwa 2,2 pemberi asuhan suka rela membantu 1,6 juta
lansia yang cacat dan tinggal di luar yayasan. 20% dari lansia penerima
perawatan yaitu usia 85 tahun atau lebih dan rata-rata usianya 78 tahun . 60%
adalah wanita ; 40% tingaal dengan pasangannya saj , 36% tinggal dengan
pasangannya dan/atau anaknya, dan 11% tinggal sendiri. 22% melaporkan kesulitan
dalam kegiatan hidup sehari-hari, dan 69% melaporkan status kesehatan
pribadinya menurun atau cukup (Stone et al, 1987)
Jenis pelayanan bagaimanakah yang
disediakan oleh pemberi asuhan? Pertanyaan ini memiliki beberapa jawaban
menarik. Sebanyak 8% pemberi asuhan menyediakan pelayanan selama 7 hari dalam
seminggu dan menghabiskan rata-rata 4 jam sehari dalam sehari dalam memberikan
perawatan. Kebanyakan disebutkan lebih sering membantu dalam hal berbelanja dan
transportasi berikutnya adalah 4 dari 5 orang pemberi perawatan melaporkan
dalam kegiatannya membantu tugas rumah
tangga, 50% sebagai pemberi pengobatan dan lebih dari 2/3 nya memberikan
bantuan dengan personal hygiene (Stone et al., 1987)
Stress dalam
pemberian perawatan
Masyarakat kurang menyadari
akan ketegangan pada orang yang memberikan pelayanan dalam sistem pemberian
asuhan informal. Hal ini telah diteliti dan penyelidikan mendukung bahwa
terjadi stress yang dialami dalam memberikan asuhan. Pemberi asuhan sering kali
ditemukan memliki tingkat partisipasi social dan kesehatan mental yang yang
lebih rendah dibandingkan dengan kawan seusianya. Beban dari pemberi asuhan (Caregiver Burden) adalah istilah yang
telah digunakan oleh Zerit et al untuk menggambarkan pandangan emosional,
fisik, social dan kesehatan keuangan
dari pemberi asuhan sebagai penderitaan sebab tanggung jawabnya sebagai
pemberi asuhan.
Faktor-faktor yang menunjukan
pengaruh persepsi stress pada pemberi asuhan adalah riwayat dari hubungan
dengan penerima perawatan, dukungan yang dirasa,………
SKALA DIMENSIA FUNGSIONAL
Lingkari satu nilai untuk tiap soal : Pasien…………………………….
1. Tidak sama sekali atau sebentar saja Observer………………………….
2. Beberapa saat Hubungannya
dengan pasien…….
3. Bagian yang baik dari waktu Fasilitas……….. Tanggal………
4. Sebagian besar atau sepanjang waktu
1 2 3 4 (01) Memiliki
kesulitan dalam mengerjakan tugas sederhana
1 2 3
4 (02) Butuh waktu untuk duduk atau nampak tidak
aktif
1 2
3 4 (03)
Berjalan-jalan malam hari atau butuh pengendalian mencegah berjalan
1 2
3 4 (04)
Mendengar sesuatu yang tidak ada
1 2
3 4 (05)
Butuh pengawasan atau bantuan untuk makan
1 2
3 4 (06)
Hilangnya sesuatu
1 2
3 4 (07)
Penampilan yang terganggu
1 2
3 4 (08) Merintih
1 2
3 4 (09
Tidak dapat mengontrol BAB
1 2
3 4 (10)
Mengancam atau membahayakan orang lain
1 2
3 4 (11)
Tidak dapat mengontrol BAK
1 2
3 4 (12)
Butuh dipantau agar tidak mencederai dirinya
1 2
3 4 (13)
Merusak benda-benda disekitarnya
1 2
3 4 (14)
Bersorak atau berteriak
1 2
3 4 (15) Menuduh
orang lain yang membuat dirinya cedera
1 2
3 4 (16)
Apakah tidak menyadari batasan dari penyakitnya
1 2
3 4 (17)
Menjadi bingung atau tidak tahu dimana dirinya
1 2
3 4 (18)
Memiliki gangguan ingatan
1 2
3 4 (19)
Perubaha mood yang tiba-tiba
1 2
3 4 (20)
Bila ditinggalkan sendiri, akan berjalan waktu malam tanpa tujuan
atau butuh pengendalian untuk mencegah supaya
tidak berjalan.
SKALA DEPRESI GERIATRIK
Pilihlah dengan menggunakan jawaban ya
atau tidak berdasarkan apa yang anda rasakan selama beberapa minggu ini
1.
Apakah Anda merasa puas dengan hidup Anda ?
2.
Apakah dalam melakukan aktivitas Anda merasa tertarik ?
3.
Apakah Anda merasa hidup ini hampa ?
4.
Aapakah Anda sering merasa bosan ?
5.
Apakah Anda optimis dengan masa depan ?
6.
Apakah Anda merasa terganggu dengan pikiran yang ada di
luar kepala Anda?
7.
Apakah Anda selalu memiliki semangat setiap saat ?
8.
Apakah Anda merasa takut dengan hal buruk yang akan
terjadi pada Anda ?
9.
Apakah Anda merasa senang setiap saat ?
10. Apakah
Anda selalu merasa tidak berdaya ?
11. Apakah
Anda sering susah tidur dan gelisah ?
12. Apakah
Anda lebih senang tinggal di rumah dari pada keluar danmengerjakan sesuatu yang
baru ?
13. Apakah
Anda sering merasa ragu dengan masa depan Anda ?
14. Apakah
Anda merasa memiliki masalah pikiran dari pada orang lain ?
15. Apakah
Anda merasa heran dengan kesendirian Anda sekarang?
16. Apakah
anda sering merasa berkecil hati dan suram?
17. Apakah
Anda merasa kecantikan sudah tidak punya arti apa-apa lagi dalam hidup Anda
sekarang ini ?
18. Apakah
Anda sangat ragu dengan masa lalu Anda ?
19. Apakah
Anda merasa hidup ini sangat indah?
20. Apakah
susah bagi Anda untuk memulai rencana yang baru?
21. Apakah
Anda merasa sangat kuat ?
22. Apakah
Anda merasa situasi Anda tidak mendukung ?
23. Apakah
Anda merasa bahwa orang lain lebih baik dari pada Anda ?
24. Apakah
Anda sering merasa terganggu dengan hal-hal kecil ?
25. Apakah
Anda sering merasa suka menangis ?
26. Apakah
Anda mengalami gangguan konsentrasi ?
27. Apakah
Anda merasa senang bangun di waktu pagi ?
28. Apakah
And alebih senang menghindari pertemuan-pertemuan social ?
29. Apakah
gampang bagi Anda untuk membuat keputusan ?
30. Apakah
pikiran Anda sejelas seperti waktu dulu ?
BAHAN WAWANCARA
- Saya benci pada keluarga lain yang tidak mengerjakan sesuatu buat pasangan saya
2.
Saya rasa bahwa pasangan saya membuat pertanyaan yang
saya rasa kelewatan atau di luar keinginannya
3.
Sebab keterlibatan saya dengan pasangan, saya tidak
memiliki waktu yang cukup untuk diri saya sendiri
4.
Saya rasa stress dalam mencoba memberikan
pertanggungjawaban, pekerjaan dll kepada
pasangan saya dan keluarga lain
5.
Saya rasa malu
dengan tingkah laku pasangan saya
6.
Saya rasa bersalah akan interaksi saya dengan pasangan
saya
7.
Saya rasa tidak dapat mengerjakan sesuatu semampu saya
untuk pasangan
8.
Saya rasa marah akan interaksi saya dengan pasangan
9.
Saya rasa bahwa di masa lalu saya belum dapat mengerjakan semampu saya apa yang diinginkan
oleh pasangan saya
10. Saya
rasa tegang atau depresi akan interaksi saya dengan pasangan
11. Saya
rasa bahwa baru-baru ini pasangan saya mempengaruhi hubungan saya dengan
anggota keluarga lain dan kawan saya dalam hubungan yang negativ
12. Saya
benci interaksi saya dengan pasangan
13. Saya
takut, apa yang akan terjadi dengan pasangan saya di masa depan
14. Saya
merasa senang berinteraksi dengan pasangan saya
15. Terasa
menyakitkan jika menyaksikan usia pasangan saya
16. Saya
rasa sangat berguna dalam berinteraksi dengan pasangan saya
17. Saya
rasa pasangan saya ketergantungan
18. Saya
rasa jenuh dalam berinteraksi dengan pasangan saya
19. Saya
rasa kondisi kesehatan saya menurun karena ada hubungannya dengan pasangan saya
20. Saya
merasa sangat berperan dalam kesehatan pasangan saya
21. Saya
rasa situasi seakarang saya tidak memiliki privasi dengan pasangan
22. Saya
merasa kehidupan osial saya menurun karena ada hubungannya dengan keterlibatan
pasangan saya
23. Saya
ingin memiliki hubunganyang lebih baik dengan pasangan
24. Saya
rasa pasangan saya tidak menghargai apa yang telah kuperbuat untuknya seperti
yang saya inginkan selama ini
25. Saya
rasa kurang enak jika berada disekitar teman-teman saya
26. Saya
rasa pasangan saya mencoba menipu saya
27. Saya
merasa pasangan saya mengharapkan untuk selalu memperhatikannya
seolah-olah akulah selama ini
satu-satunya yang ia inginkan
28. Saya
rasa saya tidak memilii cukup uang untuk mendukung ongkos/pengeluaran yang
dibutuhkan pasangan saya
29. Saya
merasa ingin menyediakan uang lebih untuk mendukung pasangan saya
PETUNJUK BIAYA PERAWATAN
Pilihan jawaban : (1) sangat tidak
setuju (2) tidak setuju (3) setuju (4) sangat setuju
1.
Saya rasa bahwa pertemuan psikologis melibatkan anggota
keluarga tertua saya agar dirasa diinginkan dan dianggap penting, bukan
merupakan usaha yang berharga
2.
Saya rasa bahwa anggota keluarga tertua meminta orang
lain untuk di rawat
3.
Saya rasa merawat anggoata keluarga tertua memiliki
efek negatif yang mempengaruhi keluarga saya atau kesehatan fisik saya
4.
Saya rasa bahwa
sebagai hasil dari perawatan anggoata keluarga tertua saya, saya tidak memiliki
waktu yang cukup untuk saya
5.
Saya rasa perawatan anggota keluarga tertua saya
membuat saya menguras lagi isi tabungan untuk keperluan lain
6.
Saya rasa meeting kesehatan melibatkan anggota keluarga
tertua saya, bukan merupakan usaha yang bermanfaat
7.
Saya rasa anggota keluarga tertua saya mencoba untuk
menipu saya
8.
Saya rasa perawatan untuk anggota keluarga tertua saya
memiliki efek yang negative yaitu mengurangi selera makan
9.
Saya rasa perawatan anggota keluarga tertua saya
membuat ketegangan hubungan keluarga
10. Saya
rasa keluarga dan saya akan menyerah
mengingat ongkos perawaan anggota keluarga saya
11. Saya
rasa perawatan pada anggota keluarga tertua saya mengganggu rutinitas saya di
rumah
12. Saya
rasa perawatan anggota keluarga tertua saya telah membuat keluarga saya dan
saya jadi jengkel
13. Saya
rasa pertemuan harian yang melibatkan anggota keluarga tertua saya bukan
merupakan usaha yang bermanfaat
14. Saya
rasa perawatan anggota keluarga tertua saya membuat saya kelelahan fisik
15. Saya
rasa keluargaku dan saya tidak mampu membiayai pengeluaran tambahan ini karena
mahalnya biaya perawatan anggota keluarga tertua saya
16. Saya
rasa anggota keluarga tertua saya membuat permintaan yang tidak dibutuhkan
untuk perawatannya
17. Saya
rasa pertemuan social yang melibatkan anggota keluarga tertua saya untuk
perkawanan bukan merupakan usaha yang bermanfaat
18. Saya
rasa perawatan untuk anggota keluarga tertua saya membuat saya cemas
19. Saya
rasa perawatan untuk anggota keluarga tertua saya dapat mengganggu teman saya
atau teman orang rumah yang datang berkunjung
20. Saya
rasa perawatan untuk anggota keluarga tertua saya terlalu mahal
Komentar
Posting Komentar